Duta besar RI untuk negara Ethiopia, Djibouti dan Uni Afrika Al Busyra Basnur membagi pengalamannya lewat kegiatan kuliah motivasi dan seminar daring yang diselenggarakan Universitas Baiturrahmah melalui aplikasi ZOOM pada Selasa 12 Januari 2020.
Dalam kegiatan yang dihadiri oleh mahasiswa, serta sejumlah akademisi dari beberapa daerah di Indonesia itu Al sapaan akrab Al Busyra membagikan pengalaman mulai dari masa kecil hingga menjadi duta besar saat ini.
Pria kelahiran desa Anding Kabupaten Lima Puluh Kota memaparkan masa kecilnya seperti saat membantu orang tua bertani, beternak kemudian bermain bersama teman-teman di sungai.
Kemudian Dubes juga menceritakan pengalaman saat di bangku SMA di Bukittinggi yang juga mulai berkecimpung dalam dunia tulis menulis yang selanjutnya mengantarkan jadi wartawan salah satu surat kabar terkemuka di Sumbar saat itu yakni Haluan.
Seminar daring.
Dubes menyampaikan suka dan dukanya saat memilih tetap sekolah sembari melaksanakan liputan ke beberapa tempat di Bukittinggi. Bahkan akibat kesibukannya menjadi wartawan, Al Busyra ditegur oleh sekolah karena mendapat prestasi yang menurun. Walau demikian saat menjadi wartawan kata Al Busyra, cukup menyenangkan karena memiliki banyak teman dan terpenting pendapatan sendiri.
Di sela seminar, Al Busyra juga menyampaikan beberapa motto seperti hidup harus berubah. Dalam hal ini perlu mendahulukan ibadah dan pendidikan agama , kemudian menghormati dan patuh kepada orang tua, melalui kekuatan doa, belajar dengan tekun, banyak melihat, mendengar dan membaca, mengkhayal dan bercita-cita tinggi. serta mencari banyak teman.
Dengan motto itu kata Al Busyra, dirinya bisa menjadi wartawan kemudian mengenyam pendidikan tinggi dan akhirnya diterima menjadi ASN di Kementerian Luar Negeri.
Motto hidup harus berubah ini terus dipegang AL Busyra hingga menjabat sebagai Diplomat di berbagai negara seperti di Italia, Amerika Serikat dan sekaran Ethiopia.
Rumah Al di desa Anding.
Secara perlahan Al Busyra juga memodifikasi mottonya sesuai penambahan pengalaman dan pengetahuannya. Usai menamatkan studi dan kemudian diterima di Kemenlu Ri terdapat 13 prinsip hidup yang dimilikinya.
Ketiga belas prinsip itu yakni hidup harus berubah, kuliah nomor satu, memperbanyak kegiatan organisasi, melakukan kegiatan membaca, mendengar, bicara dan menulis, melakukan networking korespondensi data base, menyiapkan masa depan lewat plan A, B, atau C, optimis tapi harus siap dengan hasil buruk, menjadi seperti wartawan, gagal bukan berarti kiamat, menguasai bahasa asing, mengenal kelebihan dan kekurangan, berteman dengan orang pintar dan mengembangkan rasa percaya diri tinggi.
“Kesemua prinsip itu tentu dapat diaplikasikan oleh generasi muda khususnya mahasiswa sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,” ujar Al.
Di akhir kegiatan Al Busyra mengatakan masyarakat Indonesia perlu pengubah pandangan tentang negara Ethiopia yang dianggap miski dan sering terjadi kelaparan.
“Kejadian kelaparan dan kemiskinan terjadi saat sembilan belas delapan enam, saat ini negara tersebut memiliki pertumbuhan ekonomi kedua di Afrika setelah Afsel,” kata Al Busyra saat menjadi narasumber dalam seminar daring Universitas Baiturrahmah Padang, di Padang, Selasa.
Menurut Al Busyra pada rentang 1984 hingga 1986 sekitar 1,2 juta jiwa penduduk meninggal dunia karena kelaparan.
Akan tetapi 20 tahun berselang tepatnya pada rentang 2007-2017, Addis Ababa yang merupakan ibu kota Ethiopia telah mengalami kemajuan pesat dengan hadirnya gedung pencakar langit yang hampir memenuhi sudut kota.
Selain itu terdapat pasar terbuka yang mungkin kesibukannya 20 kali dari Tanah Abang di Jakarta.
Selain itu dalam hal industri Ethiopia telah menjadi salah satu pengekspor besar di Afrika seperti bunga mawar ke Eropa dan Kacang Kedelai.
Al Busyra menambahkan jumlah penduduknya telah mencapai 112 juta jiwa dan kota Addis Ababa menjadi pusat dari diplomatik di Afrika.
“Dengan potensi seperti itu sudah saatnya Indonesia melakukan kerja sama dan mengubah pandangan buruk tentang Ethiopia” katanya.
Sebagai gambaran kata Al Busyra di Ethiopia telah ada 20 perusahaan asal Indonesia seperti Indofood, perusahaan Aki dan Kosmetik.
“Pendidikan juga mengalami perkembangan pesat di sana, bahkan sumber daya manusianya mulai kompetitif,” kata dia.
Salah satunya kemampuan mahasiswa yang ada di perguruan tinggi rata-rata memiliki kemampuan bahasa asing khususnya Bahasa Inggris yang cepat.
Di samping itu sekolah-sekolah mengalami pertumbuhan yang pesat karena dipengaruhi juga dari Inggris dan Amerika Serikat.
“Tentunya dengan potensi tersebut, perusahaan di Indonesia bahkan dunia sudah dapat mengembangkan usahanya di Ethiopia,” katanya.
Sementara itu Rektor Unbrah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S mengapresiasi adanya sharing pengalaman dari Dubes Ethiopia tersebut. Dan berharap mahasiswa dapat mengambil pelajaran sekaligus mengaplikasikannya dalam kehidupan.
Kegiatan ini dimoderatori oleh Kepala Biro Humas dan Kerjasama Unbrah Dr. drg. Yulia Rahmad, SKG, M.Kes.