Penulis sekaligus inovator nasional Dedi Mahardi mengatakan untuk meninggalkan dan melupakan informasi bohong atau hoaks dengan mengalihkannya ke dalam kegiatan membaca dan menulis.
Hal ini disampaikan Dedi kepada mahasiswa saat mengisi kuliah umum kewirausahaan bertema “how to build creative thinking” di Auditorium Universitas Baiturrahmah, Selasa 17 September 2019.
Menurut penulis buku “Message of Act” tersebut alasan utama melupakan hoaks karena merugikan bukan hanya orang lain tetapi diri sendiri. Kerugiannya bahkan dapat menjadikan kita mendekam dalam penjara.
Justru kata Dedi, memulai membaca tulisan atau informasi yang memiliki data atau literasi yang kuat. Era sekarang telah berbasis teknologi dan digital tentu amat mudah membaca karena kontennya sudah sangat beragam dan mudah dicari.
Artinya dalam memanfaatkan media sosial dilakukan berdasarkan literasi yang kuat sehingga pesan yang disampaikan tetap sasaran bahkan bermanfaat untuk orang banyak.
Untuk memulai membaca kemudian menulis jelas sulit, namun bila dilakukan niat dan yakin kepada Allah SWT dapat dilakukan dengan baik. Sebagai contoh dirinya yang merupakan seorang insiyur teknik namun mampu menulis novel bahkan kajian psikologi serta hukum.
Sebagai awalan kata pria berdarah Minangkabau tersebut dilakukan dengan mencatat setiap hal yang dipikirkan, termasuk perasaan suka, sedih dan suasana apapun. Ini menjadi motivasi awal untuk menuangkan pikiran dalam tulisan.
Selanjutnya sering menambah ilmu pengetahuan dengan membaca baik buku atau artikel di media online dan cetak.
Bagi seorang penulis sebut Dedi, membaca adalah kewajiban utamanya dan terus menambah kajian di berbagai bidang. Kemudian saat rasa ingin tahu mulai muncul, dilakukan pencarian sampai terpuaskan keingintahuan tersebut.
Bila diibaratkan nutrisi, bacaan merupakan suatu makanan yang lezat dan bergizi sementara fitnah atau hoaks adalah makanan yang beracun.
Dari pengalaman selama menjadi penulis, setelah membaca beragam buku akan muncul inspirasi untuk menulis. Inilah kunci mengapa penulis dengan latar belakang ilmu berbeda dapat juga membuat artikel dan buku andal.
Bila karya tulis sudah mulai muncul kemudian membuat buku, dicobakan untuk dikirim ke perusaahaan buku ternama seperti Gramedia. Seperti dirinya yang mencoba beberapa kali mengirim sampai dipilih untuk diterbitkan oleh perusahaan buku raksasa nasional tersebut.
Bila sudah begitu penulis dapat dikatakan mayor artinya menulis dengan kerja keras dan sudah melewati seleksi yang bertahap. Hal ini berbeda dengan penulis minor yang perlu menggunakan dana lebih untuk menerbitkan bukunya.
Menulis itu bagi Dedi sebagai media untuk menyampaikan manfaat dan kebaikan kepada orang lain. Dalam hal ini katanya, kebaikan tidak langsung diterima namun diberikan Allah dalam bentuk lainnya.
Bagi Dedi yang saat ini masih bekerja di salah satu perusahaan BUMN ternama nasional, memberikan ilmu dalam bentuk tulisan kepada orang banyak menjadi sesuatu yang membahagiakan dan membanggakan.
Dedi menambahkan keberadaan Revolusi Industri 4.0 yang menitikberatkan pada digitalisasi seharusnya menjadi berkah sendiri bagi pembaca dan penulis.
Sebab selain mudahnya menyerap literatur dan artikel karena banyak platform penyedia di dunia maya, juga peluang menyampaikan sasaran pada tulisan kita melalui media sosial juga besar. Dengan catatan tulisan atau artikel itu bermanfaat, inovatif dan positif.
Hanya saja, masih rendahnya literasi di tengah masyarakat Indonesia saat ini justru kesigapan teknologi tersebut lebih menjerumuskan ke fitnah dan berita hoaks yang diserap langsung.
Di sinilah peranan pemerintah untuk lebih menyediakan dan menyiapkan fasilitas pendukung untuk penguatan literasi tersebut. Tentunya fasilitas ini disesuaikan dengan perkembangan industri teknologi tersebut.
Pada kuliah tersebut Dedi Mahardi juga membagikan buku kepada mahasiswa yang memberikan pertanyaan. Selain itu dirinya juga menyatakan siap memberikan kalimat motivasi kepada pengikut twitternya, instagram, facebook dan youtube atas nama dirinya.
Pada kesempatan tersebut juga Rektor Unbrah Prof. Dr. Ir. Musliar Kasim, M.S dalam sambutannya menyampaikan harapan kuliah bersama Dedi Mahardi ini dapat menjadikan mahasiswa Unbrah lebih meningkatkan intensitas membaca kemudian menulis.
Kuliah ini dimoderatori Kepala BAU Unbrah Jemkhairil, M.Ag serta dihadiri sejumlah pimpinan Unbrah lainnya.